Simpan » Diposting oleh Unknown » Jumat, 04 Januari 2013 »
permalink

Jumat, 04 Januari 2013
Unknown
No comments

Perempuan Yang Tidak Takut Terjun Ke Medan Perang

clip_image002Indonesia merupakan negara bekas jajahan dari negara Portugis, Belanda, dan Jepang. Selama 350 tahun bangsa Indonesia merasakan penjajahan dari negara-negara tersebut. Dalam melawan penjajah banyak sekali pahlawan-pahlawan yang berjuang memperebutkan kemerdekaan Indonesia hingga tidak sedikit dari mereka yang gugur di medan perang. Pahlawan yang ikut serta dalam melawan penjajah di Indonesia tidak hanya laki-laki namun ada juga pahlawan perempuan yang juga ikut berperan seperti Cut Nyak Dien yang merupakan sosok pejuang perempuan yang tidak kenal takut terjun ke medan perang untuk melawan penjajahan Belanda serta berani memimpin pasukannya dalam perang Aceh. Jasa-jasa para pahlawan yang sudah melawan serta memperjuangkan bangsa Indonesia patut untuk diapresiasikan mulai dari hal yang paling kecil misalnya dengan tidak melupakan jasa-jasa mereka.
Oleh karena itu, marilah mengenal lebih dalam seorang pejuang perempuan yang ikut serta dalam melawan penjajahan Belanda, yaitu Cut Nyak Dien. Beliau adalah pahlawan nasional, perempuan baja dan gagah berani dari tanah serambi Mekkah. Tokoh pejuang kemerdekaan yang berjasa sebelum masa kebangkitan nasional, kisah Cut Nyak Dien dipenuhi dengan sejarah perjuangan yang sangat mengharukan. Banyak pengorbanan yang dilakukan bersama keluarganya dalam perlawanan menghadapi penjajahan Belanda. Cut Nyak Dien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh besar, wilayah VI Mukim pada 1848. Cut Nyak Dien adalah sosok wanita yang cantik, saat masih muda banyak laki-laki yang menaruh hati padanya, bukan hanya karena kecantikannya tetapi juga karena beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang agama, yang dipelajari dari guru agama maupun dari orang tuanya sendiri.
Pada usia 12 tahun beliau dinikahkan oleh orang tuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga yang merupakan putra dari uleebalang Lamnga XIII dari pernikahan itu beliau dikaruniai satu orang anak. Namun, pada 29 Juni 1878 wilayah VI Mukim diserang, dan saat itu Cut Nyak Dien menemukan suaminya Ibrahim Lamnga tewas di medan tempur yang membuatnya geram dan bersumpah akan menghancurkan serta membalas kekejaman Belanda.
Setelah suaminya meninggal Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar seorang tokoh yang juga bertempur melawan Belanda. Awalnya Cut Nyak Dien tidak menerima lamaran tersebut, tetapi setelah Teuku Umar berjanji akan memberikan kebebasan dan mengijinkan ikut bertempur bersamanya Cut Nyak Dien menerima lamaran tersebut pada 1880. Pernikahan yang kedua ini beliau dikaruniai anak yang bernama Cut Gambang. Selama hidup bersama, mereka berjuang dan berperang hingga akhirnya Teuku Umar gugur dalam perang saat melawan Meulbaoh pada 11 Februari 1899.
Teuku Umar
Dua orang yang selama ini menemani hidupnya telah gugur dan Cut Nyak Dien meneruskan perjuangannya seorang diri di pedalaman Meulaboh bersama dengan pasukan kecil yang beliau pimpin langsung. Pasukan kecil ini terus bertempur sampai kehancurannya pada 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Saat itu beliau sudah tua dan menderita penyakit encok serta matanya pun mulai rabun. Melihat kondisi Cut Nyak Dien yang seperti itu membuat salah satu anggota pasukannya tidak tega dan melaporkan keberadaannya sampai akhirnya tertangkap dan dibawa ke Aceh. Setelah mendapatkan perawatan kondisinya mulai membaik sehingga membuat para pasukannya yang belum tertangkap lebih bersemangat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Kekuatan Belanda akan timbulnya perlawanan mengakibatkan Cut Nyak Dien di ungsikan ke Sumedang, Jawa Barat sampai beliau wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Demikianlah kisah dari perjalanan pahlawan nasional seorang pejuang perempuan bernama Cut Nyak Dien asal Aceh yang gagah berani dan tak kenal takut untuk terjun ke medan tempur, sampai pada akhir perjuangannya beliau wafat di pembuangan di Sumedang, Jawa Barat karena usianya yang sudah tua. Beliau tetap dikenang rakyat Indonesia sebagai pejuang bangsa sekaligus ibu rakyat Aceh. Oleh karena itu, pada 1964 Presiden pertama Indonesia Soekarno melalui SK Presiden RI No. 106 yang mengakui bahwa Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional Indonesia.
Kisah perjuangan Cut Nyak Dien tersebut memiliki banyak pelajaran dan makna bahwa laki-laki tidak selalu berada di atas perempuan. Maksudnya adalah perempuan terkadang juga bisa menjadi sosok pemimpin yang tangguh dan berani dalam melawan penjajahan seperti Cut Nyak Dien yang berani memimpin pasukan-pasukan kecilnya dalam perang Aceh yang saat itu terjadi meskipun beliau seorang perempuan. Hal tersebut patut untuk dijadikan contoh di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu laki-laki maupun perempuan harus berani melawan penjajahan dalam bentuk apapun agar Indonesia tetap merdeka dan berjaya.
Writer : Amilina Rojiba
Daftar Pustaka :
Armand, Deddi. Cut Nyak Dien. Penerbit: Pustaka Ananda..
Sudarmanto, Y.B. 1999. Jejak Pahlawan Indonesia. Penerbit: Grasindo.


Reaksi:

0 komentar:

Ayo komentar kamu yang pertamax wa di Perempuan Yang Tidak Takut Terjun Ke Medan Perang

 
powered by blogger.com 4sek4w4n mobile template

Ads